mouse

Senin, 04 Februari 2013

GUNUNG TIDAR





PEMANFAATAN GUNUNG TIDAR

               Gunung Tidar sebagai kawasan Hutan Lindung dan juga merupakan paru-parunya kota Magelang harus tetap kita pelihara dan kita pertahankan kelestariannya sehingga Ekosistem tetap terjaga. Gunung Tidar memang menyimpan berbagai mitos dan misteri. Ada yang mengatakan sebagai pakunya tanah jawa, juga ada yang percaya sebagai makom atau petilasan yang menjadi pepunden, seperti Syekh Subakir, Wali 9 (songo) diatas generasi Sunan Kali Jogo, Kyai Bodronoyo (Kyai Semar), Tombak Kyai Sepanjang dan masih banyak tempat-tempat lain yang dianggap keramat.

Makam Syekh Subakir
Makam Kyai Sepanjang
Maka tak heran jika semakin banyak orang berdatangan / berkunjung ke Gunung Tidar dengan maksud tertentu dan berbeda pula, salah satunya ialah berziarah. Hal ini terbukti dengan adanya pembenahan fasilitas baik obyek maupun sarana jalan, tempat beribadah (Mushola) serta penambahan tempat peziarah (semacam Pendopo) yang semakin memadahi sehingga peziarah bisa terlindung apabila hujan. Bahkan pernah dalam satu hari dikunjungi peziarah dari Pantura yang hampir mencapai hampir seribu orang. Akses mencapai puncak yang mudah menjadikan Gunung Tidar semakin dibanjiri pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota.
Makam Ki Ismoyo
Makam Kyai Sepanjang









PERMASALAHAN AIR DAN PENERANGAN

Jarak tempuh mencapai puncak yang memerlukan waktu sekitar 20 menit sangat memungkinkan bagi peziarah / pengunjung yang terdesak waktu untuk menjalankan ibadah (Solat), terlebih bila cuaca kurang bersahabat (hujan). Sehingga air merupakan kebutuhan vital sebagai sarana ibadah disamping juga untuk kamar kecil. Karena juga tidak mungkin bagi mereka yang menahan hajat harus berlari kebawah mencari kamar mandi. Hal ini bila tidak dicukupi bisa jadi lingkungan menjadi tercemar akibat pengunjung buang hajat disembarang tempat. Hanya saja, nantinya perlu penataan yang tegas dan terkendali, sehingga akan jelas hanya bangunan yang menunjang kesesuaian peruntukan saja yang diijinkan agar kebutuhan tercukupi namun lingkungan juga tetap terjaga kelestariannya. Sementara ini air untuk mencukupi kebutuhan Wudhu dan Kamar Kecil diusung dengan menggunakan Jrigen yang dihargai Rp 20.000,- per Jrigen 20 liter.

Mengingat juga banyak peziarah yang datang pada malam hari, sedangkan jalan yang dilalui cukup terjal, berliku dan licin, perlu kiranya diberikan penerangan (Listrik) demi kenyamanan dan keselamatan peziarah. Sejauh keamanan (Jaga Wana) nantinya difungsikan, maka segala kemungkinan terburukpun akan dapat dicegah dan setidaknya dapat diminimalisir. Namun semua ini sangat diperlukan kerja sama yang erat Lintas Sektoral demi terwujudnya Gunung Tidar sebagai Kawasan Wisata Religi yang juga tetap hijau sebagai Kawasan Hutan Wisata.

Jalan Menuju Puncak



MUSEUM PANGERAN DIPONEGORO


Museum Pangeran Diponegoro merupakan Museum yang berdiri Tahun 1821 yang bergaya arsitektur Gothic ini terletak di sebelah utara kompleks eks Karisidenan Kedu yang berfungsi sebagai kantor pemerintah. Museum ini memiliki luas 2.552 m2 dengan jarak 0,5 km kearah barat dari pusat Kota Magelang.
Museum ini memiliki beberapa fasilitas diantaranya :
  • Kitab Takhrib yang memiliki tulisan Kyai Mlangi merupakan buku bacaan Pangeran Diponegoro.
  • Meja dan Kursi tempat perundingan Pangeran Diponegoro dengan Jendral De Kock.
  • Peralatan minum Pangeran Diponegoro.
  • Jubah Pangeran Diponegoro.
Kitab Takhrib
Jubah Pangeran Diponegoro


Meja dan Kursi tempat perundingan
Batu Identitas Pangeran Diponegoro