PEMANFAATAN GUNUNG TIDAR
Gunung Tidar sebagai kawasan Hutan Lindung dan juga merupakan paru-parunya kota
Magelang harus tetap kita pelihara dan kita pertahankan kelestariannya sehingga
Ekosistem tetap terjaga. Gunung Tidar memang menyimpan berbagai mitos dan misteri.
Ada yang mengatakan sebagai pakunya tanah jawa, juga ada yang percaya sebagai
makom atau petilasan yang menjadi pepunden, seperti Syekh Subakir, Wali 9
(songo) diatas generasi Sunan Kali Jogo, Kyai Bodronoyo (Kyai Semar), Tombak
Kyai Sepanjang dan masih banyak tempat-tempat lain yang dianggap keramat.
|
Makam Syekh Subakir |
|
Makam Kyai Sepanjang |
Maka
tak heran jika semakin banyak orang berdatangan / berkunjung ke Gunung Tidar dengan
maksud tertentu dan berbeda pula, salah satunya ialah berziarah. Hal ini
terbukti dengan adanya pembenahan fasilitas baik obyek maupun sarana jalan,
tempat beribadah (Mushola) serta penambahan tempat peziarah (semacam Pendopo) yang
semakin memadahi sehingga peziarah bisa terlindung apabila hujan. Bahkan pernah
dalam satu hari dikunjungi peziarah dari Pantura yang hampir mencapai hampir seribu
orang. Akses
mencapai puncak yang mudah menjadikan Gunung Tidar semakin dibanjiri pengunjung,
baik dari dalam maupun luar kota.
|
Makam Ki Ismoyo |
|
Makam Kyai Sepanjang |
PERMASALAHAN AIR DAN PENERANGAN
Jarak
tempuh mencapai puncak yang memerlukan waktu sekitar 20 menit sangat
memungkinkan bagi peziarah / pengunjung yang terdesak waktu untuk menjalankan
ibadah (Solat), terlebih bila cuaca kurang bersahabat (hujan). Sehingga air
merupakan kebutuhan vital sebagai sarana ibadah disamping juga untuk kamar
kecil. Karena juga tidak mungkin bagi mereka yang menahan hajat harus berlari
kebawah mencari kamar mandi. Hal ini bila tidak dicukupi bisa jadi lingkungan
menjadi tercemar akibat pengunjung buang hajat disembarang tempat. Hanya saja,
nantinya perlu penataan yang tegas dan terkendali, sehingga akan jelas hanya
bangunan yang menunjang kesesuaian peruntukan saja yang diijinkan agar kebutuhan
tercukupi namun lingkungan juga tetap terjaga kelestariannya. Sementara ini air
untuk mencukupi kebutuhan Wudhu dan Kamar Kecil diusung dengan menggunakan
Jrigen yang dihargai Rp 20.000,- per Jrigen 20 liter.
Mengingat
juga banyak peziarah yang datang pada malam hari, sedangkan jalan yang dilalui
cukup terjal, berliku dan licin, perlu kiranya diberikan penerangan (Listrik)
demi kenyamanan dan keselamatan peziarah. Sejauh keamanan (Jaga Wana) nantinya
difungsikan, maka segala kemungkinan terburukpun akan dapat dicegah dan
setidaknya dapat diminimalisir. Namun semua ini sangat diperlukan kerja sama yang
erat Lintas Sektoral demi terwujudnya Gunung Tidar sebagai Kawasan Wisata Religi yang
juga tetap hijau sebagai Kawasan Hutan Wisata.
|
Jalan Menuju Puncak |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar